KOMITMEN PERUBAHAN

Dalam waktu dekat, sejumlah daerah, terutama di Indonesia terutamanya Jawa Barat, akan melaksanakan pemilihan kepala daerah atau pilkada. Pemimpin yang baik adalah orang yang bisa melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. Tanggung jawab pemimpin akan terlaksana jika dia selalu berlaku adil. 

Allah SWT berfirman :
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَان
"Allah sungguh memerintahkan kamu berbuat adil dan berbuat kebajikan." (QS. An-Nahl : 90)  

Pemimpin yang kita dambakan sejatinya harus berkarakter (kuat) dan punya kepribadian yang baik, juga mempunyai keahlian di bidangnya (kepemimpinan).

Ada sebuah kisah yang perlu kita contoh bersama. Pada suatu hari, Abu Musa al-’Asy’ari bertamu kepada Baginda Nabi SAW. seraya menyampaikan permohonan isi hatinya. Abu Musa berkata, "Ya Rasulullah ! Apabila Anda tidak keberatan, sudilah kiranya saya diberi kesempatan dan kepercayaan menjadi bendahara negara." Nabi SAW. menjawab, "Wahai Abu Musa ! Anda seorang yang alim (berilmu), seorang yang zuhud, qanaah, dan sederhana, tetapi sayang Anda tidak mempunyai keahlian di bidang itu (bendahara negara)." Mendengar jawaban dari Baginda Nabi SAW., kemudian dia mengurungkan niatnya dan memohon maaf atas permohonannya itu. 

Kisah ini memberi pelajaran kepada kita, terutama para elite politik, seandainya tidak mempunyai keahlian (skill) di bidang kepemimpinan atau pemerintahan, maka jangan memaksakan kehendak. Berikan kesempatan itu kepada orang lain yang lebih mumpuni, karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak yang kalau dipaksakan maka akibatnya akan fatal, kerugian bagi masyarakat dan bangsa secara keseluruhan, terutama masyarakat yang ada di tataran bawah (akar rumput) yang selalu menjadi objek dan rebutan bagi para elite politik. Kita semua sepakat bahwa untuk membangun masyarakat yang maju, beradab, dan bermartabat dibutuhkan seorang pemimpin yang sejatinya memiliki sifat-sifat di bawah ini :
  1. Pertama: JUJUR (tidak pernah dusta) selalu bicara apa adanya; "Qalilul lafdzi wa katsirul ma'na" artinya sedikit berbicara tetapi banyak bekerja, tidak khianat kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak menyakiti hati rakyatnya, sekali dia menyakiti hati rakyat, maka seumur hidup tidak akan dipercaya lagi. Rasulullah SAW. bersabda, "Sesungguhnya kejujuran itu menunjukkan kebaikan dan kebaikan menunjukkan jalan ke surga. Sesungguhnya orang yang biasa jujur, maka di sisi Allah dia dicatat menjadi orang yang benar. Sebaliknya, dusta itu menunjukkan kepada kejahatan, dan kejahatan menunjukkan jalan ke neraka, orang yang biasa dusta dicatat di sisi Allah sebagai pendusta." (HR. Muttafaqun alaih)
  2. Kedua: SEDERHANA (qanaah), pemimpin berjiwa amanah berpenampilan sederhana. Dia tidak akan mengada-ada sesuatu yang memang tidak ada, juga tidak akan menghilangkan sesuatu yang sesungguhnya sesuatu itu ada. Corak pemimpin seperti ini tampilan pemimpin qanaah. Artinya, sekecil apa pun pemberian Allah, maka ia mensyukurinya. Dia selalu melihat ke bawah dalam urusan materi (dunia), dan selalu melihat ke atas dalam urusan ilmu pengetahuan, prestasi kerja, dan amal saleh.
  3. Ketiga: MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN UMUM, berjuang sekuat tenaga menghilangkan segala bentuk kezaliman, memerangi kefakiran, kemiskinan, kemelaratan, dan keterbelakangan. Tampilan pemimpin seperti ini sejatinya mendapatkan dorongan moril dari rakyatnya. Mereka memanjatkan doa kepada Tuhannya demi kesuksesan dan keberhasilan pemimpinnya. Rasulullan SAW. menegaskan dalam sebuah hadits : "sebaik-baik pemimpin adalah mereka yang kamu cintai dan mencintai kamu, kamu berdoa untuk mereka dan mereka pun berdoa untuk kamu. Seburuk-buruk pemimpin adalah mereka yang kamu benci dan mereka membenci kamu, kamu laknati mereka, dan mereka melaknati kamu." (HR. Imam Muslim)
  4. Keempat: TEGAS DAN BERANI MENGAMBIL RESIKO, tipologi pemimpin yang didambakan rakyat bersikap tegas, lugas, dan cepat mengambil keputusan, serta tidak mau didikte oleh bangsa lain. Tampilan pemimpin ini seperti Umar bin Khathab. Al-kisah, pada suatu hari ada seorang pencuri gandum milik orang kaya, dia tertangkap basah masyarakat dan nyaris dihakimi massa. Akhirnya, peristiwa ini dilaporkan kepada Umar bin Khathab. Umar bertanya kepada pencuri, mengapa kamu mencuri? Si pencuri menjawab, wahai amirul mukminin, saya mencuri karena terpaksa, mencari pekerjaan susah, sementara saya punya anak dan istri yang harus saya nafkahi setiap hari. Mendengar jawaban si pencuri akhirnya Umar membebaskan dia dari segala tuntutan hukum, dan ia diberi modal agar hidup mandiri. Ini tidak menyalahi Alquran karena kondisinya sangat darurat dan kesalahannya tidak diprogram atau tidak direncanakan.
  5. Kelima: DEKAT DENGAN KAUM DUAFA, gaya pemimpin model ini senantiasa membela kepentingan rakyat banyak. Dia sadar betul jabatan di pundaknya harus dipertanggungjawabkan kepada Allah karena jabatan merupakan amanah yang mesti dilaksanakan sebaik-baiknya. Rasulullah SAW. bersabda: "Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan ditanya tentang kepemimpinannya, pemimpin adalah pengayom masyarakat dan akan ditanya tentang pengayomannya, laki-laki itu pemimpin akan ditanya tentang keluarganya, pembantu itu pemimpin akan ditanya tentang harta majikannya, anak itu pemimpin akan ditanya tentang harta kedua orang tuanya, maka setiap kamu adalah pemimpin dan kamu akan ditanya tentang masalah kepemimpinannya." (HR. Muttafaqun alaih dari Ibnu Umar)
  6. Keenam: ADIL, pemimpin amanah senantiasa menegakkan keadilan terhadap seluruh rakyatnya tanpa melihat status, jabatan, atau pun kekayaan, Dia memandang bahwa segala sesuatu harus didasari atas kebenaran wahyu bukan atas kekuatan logika. Dalam pikirannya, di depan hukum semua orang sama tak satu pun yang kebal hukum, meskipun pejabat tinggi kalau dia bersalah maka harus diproses secara hukum, jangan sampai dibiarkan karena akan membuat sakit hati rakyatnya.
Seorang pemimpin yang tidak berusaha mengadakan perubahan untuk rakyatnya berarti dia sudah kehilangan fitrah kemanusiaannya. Oleh karena itu, tidak ada cara lain bagi seorang pemimpin agar dihormati dan diteladani rakyatnya kecuali mengadakan perubahan. 

Perubahan yang dapat dibangun bisa melalui berbagai cara:
  1. Pertama, dengan ilmu pengetahuan. Komitmen pemimpin dipertaruhkan, selama pendidikan kita berjalan di tempat, maka selama itu pula kita akan semakin tertinggal. Rasulullah SAW. mengingatkan kita : "Barang siapa yang ingin merubah tatanan dunia yang lebih maju dan beradab maka harus dengan ilmu (pendidikan), barang siapa yang ingin menggapai keselamatan kampung akhirat adalah dengan ilmu. Barang siapa yang ingin meraih di antara keduanya juga harus dengan ilmu." Pemimpin yang mempunyai komitmen dalam bidang pendidikan berarti dia punya iktikad baik untuk mengubah nasib bangsanya agar menjadi negara besar dan maju, yang "baldatun thayyibatun warabbun ghofur" artinya tidak kekurangan sandang, pangan, dan papan, serta ada dalam ampunan Allah SWT.
  2. Kedua, dengan kekuasaan. Kekuasaan yang disandang oleh seorang pemimpin merupakan peluang dan kesempatan emas untuk membangun bangsanya. Allah SWT berfirman :
    إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
    Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum sehingga kaum itu sendiri mengubahnya." (QS. Ar-Rad : 11)***
[Ditulis oleh ZAENAL ABIDIN, dosen Fakultas Teknik Unpas, dosen LB STAI Al-Jawami, dosen LB STAI Miftahul Huda Pamanukan, alumnus MTs Darul Ma’arif Pamanukan, dan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi hari Kamis / 22 April 2010 pada kolom "CIKARACAK"]

0 comments: