DOA DI DEPAN MULTAZAM

Hidup adalah pilihan. Terkadang kita harus memilih satu di antara dua atau bahkan sekian banyak pilihan pada waktu bersamaan. Pada saat yang sama, kita pun harus siap dengan konsekuensi-konsekuensinya sebagai buah dari pilihan tersebut. Risiko harus siap kita tanggung.

Kita akan sulit menemukan manusia yang tidak memiliki pilihan-pilihan dalam hidupnya. Hidup memang berpasang-pasangan. Ada laki-laki dan perempuan, mudah dan susah, suka dan duka, dan lain-lain.

Allah SWT. telah banyak memberikan ilustrasi terhadap manusia yang diberi berbagai pilihan. Misalnya, penciptaan laki-laki (dzakaf) dan perempuan (untsa) serta keberadaan suku-suku (syu'ub) dan bangsa-bangsa (gabaail), seperti dalam QS. Al-Hujurat : 13.


يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Di akhir itu ditegaskan, siapa pun di antara yang disebut dalam ayat tersebut bertakwa, maka ia akan menjadi orang paling mulia di sisi Allah.

Ilustrasi lainnya yakni tentang kehadiran siang dan malam pada episode hidup manusia. Allah SWT. mengisyaratkan kegiatan-kegiatan yang sepatutnya dilakukan pada dua waktu tersebut sebagai bagian dari sunnatullah. Misalnya malam sebagai waktu istirahat, sedangkan siang hari untuk beraktivitas seperti bekerja. Jika di antara kita ada yang tidak menggunakan sebaik mungkin waktu malam untuk istirahat, tentu akan memperkecil peluang mata pencarian dirinya di siang hari.

Hal lain yang penting, pilihan untuk menjadi orang yang bersyukur atau kufur terhadap nikmat Allah. Banyak dijelaskan tentang konsekuensi yang akan diterima jika kita mensyukuri atau sebaliknya kufur nikmat. Salah satunya adalah dalam QS. Luqman : 12 yang menegaskan ekspresi syukur kita sejatinya adalah untuk pribadi kita, untuk diri kita bukan untuk Allah.


وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."

Menerjemahkan rasa syukur, salah satunya adalah dengan menempatkan pemberian Allah SWT. sesuai dengan proporsinya. Tangan untuk mengangkat beban, menulis, dan lain-lain dan bukan untuk berkelahi apalagi dipakai menenggak minuman keras.

Demikian pula ketika kita dilebihkan rezeki oleh Allah, menjadi pantas bagi kita apabila mengucapkan syukur dengan membelanjakan harta di jalan yang diridhai-Nya. Dalam hal ini, haji dan umrah merupakan alternatif terbaik dalam mensyukuri nikmat berupa limpahan rezeki. Apalagi di Tanah Suci terdapat sejumlah tempat yang makbul (mustajab) untuk berdoa. Sebut saja di Masjid Nabawi terdapat Raudah (taman surga) yang terletak antara mimbar dan rumah Nabi (kini makam Nabi). Sementara di Masjidilharam lebih banvak lagi tempat mustajab untuk memohon, seperti Hijr Ismail (berbentuk setengah lingkaran dekat Ka'bah), Hajar Aswad, Safa dan Marwah, Maqam Ibrahim, dan Multazam.

Sudah menjadi keyakinan seorang jemaah haji maupun umrah bahwa Multazam adalah salah satu tempat mustajab untuk meminta kepada Allah. Tentu ada banyak argumentasi mengapa doa kita dikabulkan atau tidak dalam pandangan para ulama, tetapi kenikmatan spiritual untuk dapat berdoa dan mendekap Multazam menjadi kenikmatan yang tidak ternilai harganya.

Pilihan-pilihan hidup yang semakin kompleks membuat kita membutuhkan kekuatan spiritual yang tidak hanya diekspresikan melalui doa. Menentukan pilihan terkadang membuat kita merasa kosong, apalagi jika pilihan itu sangat sulit. Bahkan, kerap muncul perasaan bersalah atas pilihan yang telah kita lakukan.

Sering kali kita diombang-ambingkan perasaan, kepentingan, dan kebutuhan hidup. Sebagai manusia yang menyandang identitas sebagai seorang Muslim sehingga kehampaan batin itu perlu diisi oleh kekuatan spiritual.

Kekuatan spiritual adalah sebuah kekuatan yang dapat menenteramkan dan membuat nyaman hati saat kita menentukan pilihan, bahkan setelah pilihan itu kita jatuhkan. Rasa nyaman atas pilihan kita sebagai yang terbaik dan diridhai Allah SWT. perlu ditopang oleh suasana, kondisi, dan tempat yang memungkinkan. Salah satunya di Multazam ketika musim haji maupun umrah.

Di depan Multazam yang letaknya lurus dengan pintu Kabah, setiap orang yang berada di dekatnya atau bahkan mendekapnya, sulit untuk tidak meneteskan air mata dan tersedu-sedu memohon doa. Setelah berdoa kepada Allah membuat kita merasa mantap menentukan pilihan hidup.

Setiap orang dapat menentukan pilihan atas persoalan yang dihadapinya berdasarkan argumentasinya masing-masing. Akan tetapi, tidak semua pilihan itu dapat memuaskan hatinya. Saat kita meminta pilihan terbaik di Multazam senantiasa akan hadir dalam diri kita ketenangan, kenyamanan, dan ketenteraman atas apa pun keputusan yang telah kita pilih.

Untuk itu, beruntunglah bagi setiap manusia yang dapat berdoa di Multazam dalam menentukan pilihan terbaik bagi hidupnya.***'

[Ditulis oleh H. DINDIN JAMALUDDIN, pembimbing Haji Plus dan Umrah Qiblat Tour dan dosen Fakultas Tarbiyah UINSunan Gunung Djati. Tulisan disali dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Selasa (Pon) 10 Mei 2011 pada Kolom "UMRAH & HAJI"]

by
u-must-b-lucky

0 comments: