KEUTAMAAN MENEPATI JANJI

Menepati janji merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan setiap Muslim. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT. menegaskan,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ
Ya ayyuha allatheena amanoo awfoo bialAAuqoodi
Hai orang-orang beriman, penuhilah akad-akad (janji-janji) itu. (QS. Al-Maidah: 1)

Dalam ayat lain,

وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدتُّمْ
Waawfoo biAAahdi Allahi itha AAahadtum

Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji. (QS. An-Nahl: 91)

Begitu juga dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 177,

لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

Laysa albirra an tuwalloo wujoohakum qibala almashriqi waalmaghribi walakinna albirra man amana biAllahi waalyawmi alakhiri waalmalaikati waalkitabi waalnnabiyyeena waata almala AAala hubbihi thawee alqurba waalyatama waalmasakeena waibna alssabeeli waalssaileena wafee alrriqabi waaqama alssalata waata alzzakata waalmoofoona biAAahdihim itha AAahadoo waalssabireena fee albasai waalddarrai waheena albasi olaika allatheena sadaqoo waolaika humu almuttaqoona
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

Dalam dialog antara Abu Sufyan RA. dan Heraklius disebutkan perkataan Heraklius, "Aku bertanya kepadamu apa saja yang ia (Muhammad) perintahkan." Lalu dijawab, "Beliau memerintahkan mendirikan shalat, berlaku jujur, menjaga kesucian diri, menepati janji, dan melaksanakan amanah. Ini semua sifatnya seorang Nabi." (HR. Bukhari)
Dalil-dalil di atasi menunjukkan arti penting akan kewajiban menepati janji. Sebab, di dalamnya terdapat keutamaan dan keistimewaan. Di antaranya,

Pertama, dengan menepati janji, kita terhindar dari sifat munafik. Sebab, perilaku orang yang munafik salah satunya adalah ingkar janji. Rasulullah SAW. bersabda,
"Ada empat (perkara) jika terdapat pada diri seseorang, dia adalah orang munafik murni. Dan barangsiapa yang melakukan salah satu perkara itu, maka padanya terdapat bagian dari sifat munafik, hingga ia meninggalkannya. Empat perkara itu adalah apabila berbicara ia dusta, apabila berjanji ia ingkar, dan apabila diberi amanat (dipercaya) ia berkhianat, dan apabila bermusuhan dia aniaya." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasai)

Kedua, dengan menepati janji dapat menjadi jalan untuk masuk Surga Firdaus. Surga Firdaus ini hanya diperuntukkan bagi orang yang memiliki sifat-sifat baik, di antaranya adalah menepati janji. Allah SWT. berfirman,

وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
Waallatheena hum liamanatihim waAAahdihim raAAoona
Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya. (QS. Al-Mukminun: 8)

Ketiga, dengan menepati janji, kita akan terbebas dari tuntutan baik di dunia maupun di akhirat. Setiap janji akan diminta pertanggungjawabannya. Allah SWT. berfirman,

وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ ۖ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا
waawfoo bialAAahdi inna alAAahda kana masoolan
Dan penuhilah janji sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Isra': 34)

Keempat dengan menepati janji, kita meneladani sifat Allah, yang tidak pernah mengingkari janji-Nya, sebagaimana firman-Nya,

وَعْدَ اللَّهِ ۖ لَا يُخْلِفُ اللَّهُ وَعْدَهُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

WaAAda Allahi la yukhlifu Allahu waAAdahu walakinna akthara alnnasi la yaAAlamoona
(Sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar-Rum: 6)

Rasulullah SAW. bersabda, "Berakhlaklah dengan akhlak Allah."

Kelima dengan menepati janji, kita akan dipercaya orang lain. Kepercayaan adalah modal utama dalam meraih kebaikan di dunia maupun di akhirat. Salah satu sifat Nabi SAW. yang mengantarkannya dipilih Allah menjadi Nabi dan Rasul-Nya adalah karena ia adalah orang yang tepercaya.

Keenam, dengan menepati janji, kita akan menjadi pribadi yang berwibawa, tidak dilecehkan, dan akan mendapatkan prasangka baik dari orang lain. Dikatakan, "Jika orang yang mulia berjanji, maka akan segera dipenuhi. Sementara orang yang hina berjanji, maka akan melamakan dan menghindar dari janjinya."

Ketujuh, dengan menepati janji kita akan terhindar dari dosa besar dan akan meraih keutamaan. Mengingkari janji antara sesama Muslim hukumnya haram, sekalipun terhadap orang kafir, lebih-lebih terhadap sesama Muslim. Jadi, memenuhi janji termasuk keutamaan, sedangkan mengingkarinya dosa besar.

Kedelapan, dengan menepati janji, jalinan antar individu akan terjalin harmonis dan semakin erat. Menepati janji merupakan wujud dari memuliakan, menghargai, dan menghormati manusia.

Kesembilan, dengan menepati janji, kita digolongkan sebagai orang yang berakal. Allah SWT. berfirman,

أَفَمَن يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَىٰ ۚ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
الَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَلَا يَنقُضُونَ الْمِيثَاقَ

Afaman yaAAlamu annama onzila ilayka min rabbika alhaqqu kaman huwa aAAma innama yatathakkaru oloo alalbabi
Allatheena yoofoona biAAahdi Allahi wala yanqudoona almeethaqa

Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, (QS. Ar-Ra'd: 19-20)

Kesepuluh, dengan menepati janji, kita digolongkan menjadi golongan Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW. bersabda,
"Orang yang merendahkan orang-orang Mukimin dan yang berjanji tetapi tidak menepati janjinya, maka mereka bukanlah golonganku dan aku bukan dari golongan mereka." (HR. Muslim)

Ketika semua orang, apa pun status, profesi dan pekerjaannya senantiasa menepati janji yang telah diikrarkannya, maka kehidupan ini akan damai dan indah. Saling percaya, menghormati, dan mengasihi akan merebak di semua sisi kehidupan manusia.

Semoga Allah SWT. memberi kemampuan kepada kita menjadi orang-orang yang senantiasa menepati janji sebagai wujud ketaatan kepada Allah SWT. dan memuliakan dan membina jalinan antarsesama.

Akhirnya, mari kita renungi firman Allah SWT. yang termaktub dalam Al-Qur'an Surat Ali-Imran ayat 112, sebagai motivasi bagi kita untuk senantiasa berpegang teguh pada tali (agama) Allah SWT. dan tali (perjanjian) dengan manusia, sebagaimana firman-Nya,

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُوا يَعْتَدُونَ
Duribat AAalayhimu alththillatu ayna ma thuqifoo illa bihablin mina Allahi wahablin mina alnnasi wabaoo bighadabin mina Allahi waduribat AAalayhimu almaskanatu thalika biannahum kanoo yakfuroona biayati Allahi wayaqtuloona alanbiyaa bighayri haqqin thalika bima AAasaw wakanoo yaAAtadoona
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.

Wallahu'alam.***

[Ditulis oleh H. MOCH. HISYAM, ketua DKM Al-Hikmah RW 07 Sarijadi Bandung, anggota Komisi Pendidikan dan Dakwah MUI Kel. Sarijadi Kec. Sukasari Kota Bandung. Tulisan disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi Jumat (Kliwon) 28 September 2012 / 12 Zulkaidah 1433 H. pada Kolom "RENUNGAN JUMAT"]

by
u-must-b-lucky

0 comments: