AMANAH ALAM

Dalam beberapa hari terakhir ini, pemberitaan media massa diramaikan dengan terjadinya cuaca ekstrem di Benua Eropa karena turunnya salju tebal sehingga banyak penerbangan pesawat dibatalkan, perjalanan kereta api tertunda, bahkan jalan-jalan ditutup. Bahkan, Australia yang sedang musim panas juga turun salju sehingga membuat khawatir pemerintah dan masyarakatnya.

Demikian pula di Indonesia yang hampir dalam setahun terus diguyur hujan. Tiada pekan tanpa hujan. Dampaknya, sejumlah daerah mengalami banjir bandang yang merugikan harta benda bahkan nyawa manusia pun melayang.

Pertanyaannya, mengapa alam berubah drastis seperti ini ? Siapa pun tak bisa memungkiri alam semesta merupakan ciptaan Allah untuk kemaslahatan umat manusia. (QS. Al Baqarah : 117) Tentu sebagai makhluk , pasti alam semesta akan rusak dan musnah. (QS. Al Baqarah : 88)

Perlu diingat, Allah menciptakan alam semesta ini dengan teratur dan seimbang (QS. Al Mulk : 3-4) dan terikat dengan ketentuan-ketentuan yang pasti, seperti adanya orbit, musim, dan sejenisnya. (QS. Al Furqon : 2) Dengan keteraturan alam seperti itu, manusia bisa mempelajari dan memahami perilaku alam. (QS. Al Jatsiyah : 13)

Keunikan lainnya yang kerap tidak diperhatikan manusia adalah seluruh alam raya ini patuh kepada ketentuan-ketentuan Allah SWT. (QS. Ali Imran : 83 dan QS. Al Isra : 44) Allah juga menciptakan makhluknya dengan berpasang-pasangan, seperti siang-malam, matahari-bulan, dan lain-lain. (QS. Addzariat : 49)

Tentu Allah menciptakan alam semesta dengan tujuan yang jelas, yakni untuk membuktikan kebesaran dan kemahaperkasaan-Nya. Alam juga disiapkan Allah untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia (QS. Lukman : 20), seperti lautan, sungai, bahkan pergantian siang dan malam, semuanya untuk manusia. (QS. Ibrahim : 32-33)

Tujuan lain penciptaan alam adalah sebagai medan ujian bagi umat manusia. (QS. Hud : 7 dan QS. Al Mulk : 2) Manusia diuji untuk menjaga, memelihara, dan memanfaatkan alam untuk keperluan manusia, bukan sebaliknya, merusak apalagi menghancurkan alam. Manusia memiliki "kekuasaan" untuk menjaga maupun merusak alam karena manusia sebagai khalifah di bumi. (QS. Al An’am : 156)

Kaum Muslimin yang mempunyai misi rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil-alamin) termasuk lingkungan harus menebarkan kasih sayang kepada seluruh alam. Allah memberikan kemampuan kepada manusia untuk memelihara alam semesta dan memanfaatkan untuk kebaikan manusia itu sendiri karena alam rusak, manusia pun akan sengsara.

Terjadinya kerusakan di daratan dan di lautan, termasuk pemanasan global maupun iklim yang tak menentu, dikarenakan ulah manusia sendiri. Padahal, ajaran Islam memiliki kaitan amat erat dengan kewajiban menjaga, memelihara, dan menyelamatkan alam beserta isinya. Oleh karena itu, merusak pohon-pohon termasuk perbuatan dosa dan maksiat kepada Allah. Sebaliknya, upaya menjaga dan memelihara alam dan lingkungan termasuk bagian dari ibadah dan amal saleh kepada Allah.

Seorang Muslim tidak boleh membuat derita bagi dirinya dan orang lain malah harus menebarkan keselamatan, ketenangan, kedamaian, dan ketenteraman sebagai bagian dari sedekah. Bukankah menyingkirkan duri saja di tengah jalan yang akan mencelakakan orang lain adalah ibadah ?

Demikian pula dengan menanam pohon lindung termasuk wakaf sebagai salah satu investasi abadi yang pahalanya akan terus mengalir, meski orang itu sudah meninggal dunia. Islam juga mengajarkan orang yang terbaik adalah mereka yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.

Perbuatan yang menyia-nyiakan air hujan termasuk dosa (mubazir). Allah menurunkan hujan agar dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia sebanyak-banyaknya. Untuk itu, ketika akan mendirikan bangunan harus diingat untuk membuat bangunan yang ramah lingkungan dengan menyediakan resapan air, agar air hujan tidak terbuang ke sungai maupun jalan yang menyebabkan banjir.

Berkaitan dengan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1432 H dan tahun baru Masehi 2011, sudah seharusnya kaum Muslimin memegang prinsip hari esok harus lebih baik daripada hari ini dan saat ini harus lebih baik daripada kemarin. Setiap Muslim harus khawatir, jangan sampai melahirkan generasi yang lebih lemah daripada generasi dirinya, termasuk meninggalkan lingkungan alam yang lebih buruk kepada generasi penerus.

Setiap Muslim tidak boleh meninggalkan bom waktu yang dapat membahayakan generasi yang akan datang, termasuk meninggalkan kerusakan alam. Anak dan cucu harus menderita kekurangan oksigen, air, maupun lingkungan alam yang tak ramah akibat perbutan kita saat ini.

Ciri negara, wilayah, maupun daerah yang ideal ialah masyarakat yang sejahtera dan aman atau bebas dari rasa lapar dan rasa takut. (QS. Alquraisy) Dalam kalimat lain, Allah menyebut negara itu sebagai "baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur", negara makmur dan sejahtera dengan limpahan ampunan Allah. (QS. Saba) Salah satu cirinya adalah tanaman-tanamannya tumbuh dengan subur. (QS. Al’Araf : 58)

Mari kita selamatkan alam yang berarti menyelamatkan umat manusia !***

[Ditulis oleh KH. MIFTAH FARIDL, Ketua Umum MUI Kota Bandung, dosen ITB, Ketua Yayasan Unisba, dan pembimbing Haji Plus dan Umrah Safari Suci. Disalin dari Harian Umum "PIKIRAN RAKYAT" Edisi 23 Desember 2010 pada kolom "CIKARACAK"]

0 comments: